Rabu, 15 Agustus 2012

KEKURANGAN ZAT GIZI PADA TUMBUH KEMBANG BAYI – ANAK



BAB I 
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
                     Masa bayi - anak yang masa ini takkan berulang, hanya seumur hidup. Gizi adalah factor lingkungan yang ikut menentukan kualitas tumbuh kembang anak di antaranya energi protein, yang relative singkat, namun  sayrat dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Karena sampai  kini masih menjadi masalah dunia hususnya di Negara berkembang seperti Indonesia. apabila makanan tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, dan keadan ini berkangsung lama, maka akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal ini akan berakibat keridakmampuan otak berfugsi secara normal.

  1. RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana penggunaan energi yang diperlukan pada masa bayi?
2.    Apa fungsi dari protein bagi tubuh anak?
3.    Bagaiamna akibat kekurangan energi dan protein pada bayi?
4.    Bagaiamana dampak dari kekurangan dari zat gizi pada bayi?

  1. TUJUAN
1.    Untuk mengetahui energi yang diperlukan pada masa bayi
2.    untuk mengetahui fungsi protein bagi tubuh bayi
3.    Untuk mengetahui akibat dari kekurangan energi dan protein pada bay
4.    Untuk mengetahui dampak dari kekurangan zat gizi pada anak
     




BAB II
PEMBAHASAN

KEKURANGAN ZAT GIZI PADA TUMBUH KEMBANG BAYI – ANAK

A.   Energi pada masa bayi
            Energi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktifitas. hubungan degan ilmu gizi adalah kapasitas tubuh mengunakan energi yang terdapat pada zat gizi dengan proses metabolisme makanan.
            Kebutuhan energi untuk bayi adalah dasar penting dari semua kebutuhan zat gizi. Apabila kebutuhan energi dapat terpenuhi dengan diet seimbang, masukan zat gizi lain biasanya dipastikan tidak bermasalah.           ( butte dalam Tsang & Nicholas 1988:86)
a)    Diet seimbang
            Menurut S J Fomon (1974) makanan seimbang untuk bayi disebut (well balanced diet) apabila total energi yang dihasilkan oleh ketiga zat gizi penghasil energi masing – masing memberi kisaran energi sebagai berikut:
-       Lemak        : 30 – 55% dari total energi
-       protein        : 7 – 16% dari total energi
-       karbohidrat : 29 – 63% dari total energi
           missal 100 cc air susu ibu terdapat 67 kkl energi yang merupakan kontribusi dari 1.2 gram protein
b)    Penggunaan energi
        Energi pada masa bayi sangat diperlukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan untuk:
1.    Metabolisme Basal
                 Ialah energi yang diperlukan untuk kelangsungan organ tubuh seperti denyut jantung. Sirkulasi darah dan cairan, pernapasan, pengiriman sinyal – sinyal syaraf, kontarksi semua otot, juga untuk mempertahankan suhu tubuh. Aktifitas metabolisme dari semua organ vital diatas secara proporsional akan menunjang kenaikan berat badan bayi.
        Kontribusi energi metabolisme basal untuk otak pada neonatus sangat tinggi yaitu 70% dari total energi metabolisme basal.
2.    Thermick Effect Feeding (TEF)
Ialah energi untuk mengelolah makanan menjadi energi yang disebut Thermick Effect Feeding (TEF) yang memerlukan sekitar 10% dari total penggunaan energi.
3.    Thermo Regulation
         Energi untuk  pengaturan  suhu tubuh sangat pentig untuk adaptasi dengan suhu lingkungan. Pada suhu lingkungan yang dirasa nyaman untuk bayi, kebutuhan oksigen dan energi untuk basal metabolic rate semakin sedikit. Kebutuhan energi untuk mempertahankan suhu badan mejadi normal lebih banyak  pada suhu rendah (Hipotermi) dari pada suhu tinggi. Untuk bayi normal dengab kondisi nyaman, energi untuk thermo regulsation.tidak terlalu diperhitungkan (waterlow dalam tsang & Nichols 1988:6)
4.    Aktifitas Fisik
          Pada bayi usia 6 bulan pertama, pengeluaran energi untuk katifitas fisik relative lebih sedikit. Tidak diperoleh data pasti namun dapat diperkirakan. Dari Rose dan Mayer (1968), diperkirakan pada bayi usia  4 – 6 bulan, 27% dari masukan energi untuk aktifitas fisik. Dan diperkirakan 40% dari pengeluaran energi dipergunakan untuk aktifitas fisik. Aktifitas fisik paling banyak di lakukan pada anak yag berumur 6 bulan ke atas.
5.    Pertumbuhan
                 Energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dalam hal ini membentuk  jaringan, di bagi menjadi dua yaitu
a)    Masukan energi yang diperlukan untuk membentuk susunan (komposisi) jaringan sel – sel


b)    Pengeluaran untuk keperluan lain misalnya untuk sitensis.
          Adanya  pertambahan dan pematangan sel pada masa bayi inilah yang membedakan kebutuhan nutrisi dan energi  di banding pada orang dewasa. Puncak pertumbbuhan post natal bayi normal ialah umur  2 – 4 minggu pertama kemudian berlanjut secara pesat untuk beberapa bulan. Rata – rata pertambahan berat badan pada empat bulan pertama sebesar 25 gram/hari. Sintesis lemak sangat diperlukan untuk menghasilkan energi karena pertambahan berat yag pesat pada 4 bulan pertama sangat tergantung dari asupan lemak. 

B.   Protein
              Seperti halnya energi, pertumbuhan pada awal kehidupan membutuhkan protein dengan proporsi yang tepat. Pada periode pesat tumbuh ini kebutuhan akan protein protein lebih diperhitungkan pada unit pertambahan berat badan. Pada rasia spesifik dari protein – energi dalam diet, besarnya konsumsi energi dan protein yag sesuai akan menjamiin pertumbuhan bayi pada masa tumbuh (WHO/Unicef 1981:87)
a)    Fungsi protein
         Ada 4 fungi dari protein yaitu
Ø  Mempercepat porses pembelahan sel – sel otak yang sangat penting untuk perkembangan kecerdasan anak.
Ø  Membentuk antibodi sebagai system kekebalan tubuh
Ø  Menjaga keseimbangan cairan dalam darah
Ø  Mensintesa jaringan yag digunakan untuk membangun dan memperbaiki sel – sel.
                      Fungsi utama protein adalah mensisntesis jaringan untuk membangun (pertumbuhan ) dan memperbaiki sel- sel yang rusak. Pada keadaan tertentu protein dapat menjadi sumber energi. Tiap gram protein mengahasilkan 4 kkal. Protein juga sebagai regulaer pH darah. Peran lain protein juga mengatur keseimbangan cairan dalam darah. Peran penting lain dari protein juga membentuk antibody yang terbentuk dari “Beta lymphocites”. Fungsi spesifik lainnya adalah sintesis vitamin dan pembentukan neutransmiter (Claudia & Lagua 199: 2005)  
b)    Kebutuhan protein
               Kenaikan rata – rata pertumbuhan dan perkembangan bayi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain protein, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.
                Dari pengalaman yang ada, bila kebutuhan energi yang terpenuhi oleh air susu atau infant formula yang memenuhi syarat, dengan sendirinya kebutuhan protein akan tercukupi. Namun bila penyajian infant formula lebih encer dari anjuran ataupun bila tidak terkandung protein hewani didalamnya maka akan berakibat definisi protein
      Kebutuhan protein dapat diperhitungkan dengan beberapa cara yaitu:
v  Rasio kalori dan protein (kkal/gram protein)
v  Berdasarkan berat badan dan umur bayi
c)    Kualitas protein
                   Didalam saluran cerna, protein yang terandung dalam makanan akan dipecah oleh enzym – ensym  protease menjadi bentuk dasar yaitu asam amino. Asam amino inilah yang akan diserap ke dalam pembulu darah. dari berbagai macam, asam amino yang dipelukan tidak semua dapat disintesis tubuh sehinga harus didapat dari makanan.
                    Peran utama protein adalah sintesis jaringan untuk pertumbuhan, perbaikan/ penggantian sel yang rusak.agar peran tersebut dapat berlangsung optimal jumah dan kualitas masukan protein dapat t berlangsung optimal jumlah dan kualitas masukan protein sangat menentukan. Kualitas protein  ditentukan oleh jenis dan jumlah asam amino essensial. Kualitas protein akan menentukan kualitas hasil sintesis jaringan / sel.
                  Jumlah dan jenis asam amino dalam makanan yang mengandung protein berfariasi dan berbeda. Terutama pada protein nabati, misalnya beras mengandung rendah lysine, oleh karenanya protein nabati disebut protein kualitas rendah. Namun upaya manusia agar kualitas protein terpenuhi dilakukan dengan cara mencampur beberapa protein nabati agar asam amino esensial saling melengkapi yang disebut protein “komplementer”. Protein nabati disebut protein lengkap karena jumlah dari jenis asam amino esensial yang terkandung di dalamnya lengkap danm cukup. Unntuk anak pada  masa pertumbuhan disarnakan mengkonsumsi protein hewani misalnya susu, telur, daging, ikan, atau daging unggas, agar asam amino esensial yang terkandung dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan baik. Dengan bayi yang terus disusui sampai 1 tahun atau lebih adalah cara paling mudah dan praktis untuk mendapatkan masukan protein berkualitas.
d)    Hubungan protein dan energi
              Metabolisme protein dan energi berhubungan sangat erat. Protein tubuh yang terus menerus berganti (protein turnaver ), seperti pada proses sintesis jaringan (fungsi utama protein untuk pertumbuhan ataupun perbaikan dengan kecepatan dan ketepatan luar biasa). Kecepatan proses pergantian dan sintesis protein secara proporsional berbanding terbalik dengan umur. Makin mudah usia, proses sintesis jaringan untuk pertumbuhan atau perbaikan makin pesat.
            Nitrogen adalah protein yang diretensi oleh tubuh yang erat kaitannya dengan energi.





C.   Kekurangan energi dan protein pada masa bayi
                  Evaluasi gizi secara tepat untuk menentukan status gizi adalah mudah. Sesuai dengan kosa katanya bahwa kekurangan energi dan protein pada bayi disebakan oleh masukan energi dan protein yang tidak mencakup kebutuhannya yang disebabkan oleh multi factor yag saling terkait antara lain:
a.    Masukan yag tidak adekuat
b.    Meningkatnya kebutuhan
c.    Menurunnya retensi energi
d.    Meningkatnya energi
Berikut ini adalah penyebab  dari kekurangan energi dan protein yaitu
a)    Marasmus
            Marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah  usia 12 bulan. Tanda khusus pada marasmus ini ialah kurangnya (bahkan tidak ada) jaringan lemak di bawah kulit, sehingga tampak seperti bayi yang memakai pakaian yag terlalu besar untuk ukurannya. Wajahnya tampak manua (old man / mon key face). Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor / lembek ini dapat dilihat pada paha dan pantat bayi yang sharusnya kuat, kenyal dan tebal. Oedema tidak terjadi, demikain pula warna rambut tidak berubah. Tanda – tanda lainnya seperti tanda spesifik pada definisi mikronutrien yang berhubungan dengan pola diet setempat Bayi dengan marasmus biasanya akan merasa elaparan dan cengeng.
b)    Kwasiokor  kasus 
              kwasiorkor biasanya terjadi pada anak usia 1 – 3 tahun. Pertumbuhan terhambat, jaringa otot lunak dan kendor. Namun jaringan lemak dibawah kulit masih ada disbanding pada bayi marasmus. Ciri – ciri dari kwasiorker  yaitu rambut berubah warna menjadi kemerahan atau abu – abu, menipis dan mudah rontok, apabila rambut kering menjadi lurus. Kulit tampak lebih pucat dan biasanya disertai anemia  ( Cameron & Hvfander 1983:22).
             Dispegmentasi terjadi karena habisnya cadangan energi dan protein. Pada kulit yang terdapat dispegmentasi akan tampak pucat, dermatitis sering terjadi, kulit kulit mudah luka karena tiadanya triptophan, dan nicontinamide. Pada kasus kwasioker berat kulit akan mengeras seperti keripik terutama pada persendian utama. Jelas pada mukosa membrane sering terjadi, bibir           retak- retak.dan avgular sering ditemui. Lidah pun menjadi lunak dan gampang luka. Pada kwasioker, pengaruh terhadap system neurology dijumpai adanya termar seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap jarigan atau cabang syaraf tunggal maupun syaraf kelompok pada otot. Seperti otot mata sering terjadi terus berkedip, atau pada pita suara yag menghasilkan suara getar serak / cengeng.
                   Perubahan mental pun terjadi misalnya bayi menjadi cengeng, apatis, hilangnya nafsu makan dan sukar diberi makan. 
c)    Marasmik – kwasiokor
                    Anak bayi yang menderita marasmic – kwasiokor mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwasiokor atau sebalknya terjadi tergantung dari makanan / gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan berkurang.
Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi / terjatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi gejalah kwasiokor akan muncul.
d)    Susunan syaraf pusat dan kekurangan energi protein
                  Masukan energi dan protein yang tidak mencukupi kebutuhan bayi / anak, akan berdampak terutama pada perkembangna susunan syaraf. Hal ini dapat terjadi sejak di dalam kandungan, lebih – lebih setelah lahir.
                     Menurut Beard (dalam ziagler and filler 1996:615) kekurangan energi dan protein biasanya disertai zat  gizi miko yang sangat berpengaruh terhadapp sel – sel otak dan susunan syaraf pusat.(SSP) atau Central Nervous System (CNS) serta penurunan  jumlah lemak otak (total brain lipid)
        Sastri (1985) melaporkan bahwa menurunya peroksida lemak menyebabkan menurunnya myelin sampai 27%. Diperkirakan terladi penurunan DNA sehingga sel yang harus tumbuh dan terus membela pesat akan lambat prosesnya, pada bayi yang menderia KEP. Dampak dari KEP terhadap SSP/ CNS sangat tersa terutama pada awal pertumbuhan. Terjadinya disfungsi dari neuromuscular adalah tanda dari marasmus  dan kwasiokor yang akan menyebabkan kerusakan motor neuron dan saraf sensor.
e)    Konsekuensi
          Perstiwa penting dalam pertumbuhan sel ialah perpindahan sel myelinasi dan pembentukan sel – sel synap yang paling mudah terkena dampak negatif dengan adanya KEP. Dapak negative tersebut di atas akan mempengaruhi control pergerakan, kapasitas belajar dan fungsi mental.
                  Aspek kognitif seperti perhatian dan kecepatan proses tangkap terhadap dampak KEP meskipun diketahui berapa dalamnya akibat dariKEP pada bayi / anak yang pada derajat tetentu akan menyebabkan berkurangnya fungsi SSP/CNS yang tidak dapat diperbaiki lagi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian terhadap 90 orang anak yang pernag menderita KEP, setalah 5 tahun menunjukan deficit IQ. 10 tahun setelah berselang hasilnya bhwa nilai  IQ yang pernah menderita KEP pada umur mudah lebih rendah secara bermakna. Pemeriksaan EEG telah dilakukan dengan hasil: setelah 5 tahun terdapat 30% anak dengan EEG abnormal, pada ulangan 5 tahun kemudian naik menjadi 65%. Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan baha KEP dapat mempengaruhi kecerdasan melalui otak.

D.   Dampak kekurangan zat gizi pada anak
                    Pada masa bayi proses pertumbuhan dan perekmbangan terjadi dengan sangat cepat. Menurut husani (1997) apabila makanan tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, dan keadan ini berkangsung lama, maka akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal ini akan berakibat keridakmampuan otak  berfugsi secara normal. Pada keadan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukura otak yang juga kecil.jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidak matangan dan ketidak sempurnaan organisasi bikimia otak.
             Pertumbuhan otak sangat terpengaruh apabila  kurang gizi terjadi sejak dalam kandungan, dan berlanjut sampai usia bayi. Pada janin, keadaan kurang gizi akan menyebabkan jumlah sel otak menurun terutama pada cerebrum dan cerebellum diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lemak, dan enzim serta fungsi Neutransmiter yang tidak normal. Keadan kurang energi dan perotein (KEP) yag terjadi pada usia sangat mudah mempengaruhi  perkembangn  fisik dan kecerdasan.
             Kurang gizi berasosiasi dengan keterlambatan perkembangn motorik (Husaini 1997).
             Jaringan otak pada anak yang tumbuh normal sampai 3 tahun akan mencapai 80% berat otak orang dewasa. Apabila sebelum mencapai 3 tahun terjadi kekurangan zat gizi tertentu, dapat menimbulkan kelainan kelainan fisik maupun mental kelainan fisik timbul sebagi akibat pertumbuhan yang terhambat dan kelainan mental timbul sebagai akibat dari perkembangna otak yang terganggu. Perkembangan sel otak dan sel syaraf lainnya masih berlangsung dan berhenti ketika anak berusia 5 tahun.
               Oleh sebab itu periode umur tersebut  anak memerlukan makanan yang cukup megandung zat gizi makro maupun mikro. Bila anak kekurangan zat gizi terutama makan sumber energi dan protein serta zat besi, maka perkembangn fisik dan kemampuan menyerap rangsangan dari luar juga terhambat. Akibat anak lebih lambat beraktifitas dan bereaksi disbanding anak usia sebaya yang tidak kekurangan gizi.
                  Namun melaui stimulasi mental (rangsangan – rangsangan). Kemampuan tersebut lambat laun akan menjadi lebih baik, walau tidak dapat sama dengan anak normal. Pertumbuhan fisik anak yang kekurangan gizi pada masa ini juga lebih rendah dibandign anak normal. Namun setelah pengobatan dan pemberian makanan tambahan pertumbuhan fisiknya dapat mendekati pertumbuhan fisik anak normal. Cacat permanent yang menyertai bila anak pada periode ini kekurangan gizi adalah penurunan tingkat kecerdasan sebanyak sekitar 10 – 13 IQ poin.
















BAB III
PENUTUP.

A.   SIMPULAN
        Masukan energi dan protein yang tidak mencukupi kebutuhan   bayi / anak, akan berdampak terutama pada perkembangn susunan syaraf. Hal ini dapat terjadi sejak di dalam kandungan, lebih – lebih setelah lahir.
         kekurangan energi dan protein biasanya disertai zat  gizi miko yang sangat berpengaruh terhadapp sel – sel otak dan susunan syaraf pusat.(SSP) atau Central Nervous System (CNS) serta penurunan  jumlah lemak otak (total brain lipid).
             Pertumbuhan otak sangat terpengaruh apabila  kurang gizi terjadi sejak dalam kandungan, dan berlanjut sampai usia bayi. Pada janin, keadaan kurang gizi akan menyebabkan jumlah sel otak menurun terutama pada cerebrum dan cerebellum diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lemak, dan enzim serta fungsi Neutransmiter yang tidak normal.

    B. SARAN
                   Orang tua harus selalu memperhatikan asupan makanan yang diberikan kepada anak terutama makanan yang mengadung zat gizi, agar anak tidak menderita berbagai penyakit sehingga otak anak  bisa berfungsi dengan normal.

1 komentar:

  1. kita juga punya nih jurnal mengenai Zat Gizi silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2955/1/Klasifikasi%20Status%20Gizi%20Balita

    %20Berdasarkan%20Indeks%20Antropometri%20(BBU)%20Menggunakan%20Jaringan%20Syaraf%20Tiruan.pdf

    BalasHapus