BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Masa bayi - anak yang masa
ini takkan berulang, hanya seumur hidup. Gizi adalah factor lingkungan yang
ikut menentukan kualitas tumbuh kembang anak di antaranya energi protein, yang relative
singkat, namun sayrat dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Karena sampai kini masih menjadi masalah dunia hususnya di
Negara berkembang seperti Indonesia.
apabila makanan tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, dan keadan ini
berkangsung lama, maka akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal
ini akan berakibat keridakmampuan otak berfugsi secara normal.
- RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
penggunaan energi yang diperlukan pada masa bayi?
2.
Apa
fungsi dari protein bagi tubuh anak?
3.
Bagaiamna
akibat kekurangan energi dan protein pada bayi?
4.
Bagaiamana
dampak dari kekurangan dari zat gizi pada bayi?
- TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui energi yang diperlukan pada masa bayi
2.
untuk
mengetahui fungsi protein bagi tubuh bayi
3.
Untuk
mengetahui akibat dari kekurangan energi dan protein pada bay
4.
Untuk
mengetahui dampak dari kekurangan zat gizi pada anak
BAB
II
PEMBAHASAN
KEKURANGAN ZAT GIZI PADA
TUMBUH KEMBANG BAYI – ANAK
A. Energi
pada masa bayi
Energi adalah kemampuan tubuh untuk
melakukan aktifitas. hubungan degan ilmu gizi adalah kapasitas tubuh mengunakan
energi yang terdapat pada zat gizi dengan proses metabolisme makanan.
Kebutuhan energi untuk bayi adalah
dasar penting dari semua kebutuhan zat gizi. Apabila kebutuhan energi dapat
terpenuhi dengan diet seimbang, masukan zat gizi lain biasanya dipastikan tidak
bermasalah. ( butte dalam Tsang
& Nicholas 1988:86)
a)
Diet
seimbang
Menurut S J Fomon (1974) makanan
seimbang untuk bayi disebut (well balanced diet) apabila total energi yang
dihasilkan oleh ketiga zat gizi penghasil energi masing – masing memberi
kisaran energi sebagai berikut:
-
Lemak : 30 – 55% dari total energi
-
protein : 7 – 16% dari total energi
-
karbohidrat
: 29 – 63% dari total energi
missal 100 cc air susu ibu terdapat
67 kkl energi yang merupakan kontribusi dari 1.2 gram protein
b)
Penggunaan
energi
Energi pada masa bayi sangat diperlukan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan untuk:
1.
Metabolisme
Basal
Ialah energi yang diperlukan
untuk kelangsungan organ tubuh seperti denyut jantung. Sirkulasi darah dan
cairan, pernapasan, pengiriman sinyal – sinyal syaraf, kontarksi semua otot,
juga untuk mempertahankan suhu tubuh. Aktifitas metabolisme dari semua organ
vital diatas secara proporsional akan menunjang kenaikan berat badan bayi.
Kontribusi energi metabolisme basal untuk otak
pada neonatus sangat tinggi yaitu 70% dari total energi metabolisme basal.
2.
Thermick
Effect Feeding (TEF)
Ialah energi
untuk mengelolah makanan menjadi energi yang disebut Thermick Effect Feeding (TEF)
yang memerlukan sekitar 10% dari total penggunaan energi.
3.
Thermo
Regulation
Energi untuk pengaturan
suhu tubuh sangat pentig untuk adaptasi dengan suhu lingkungan. Pada
suhu lingkungan yang dirasa nyaman untuk bayi, kebutuhan oksigen dan energi
untuk basal metabolic rate semakin sedikit. Kebutuhan energi untuk
mempertahankan suhu badan mejadi normal lebih banyak pada suhu rendah (Hipotermi) dari pada suhu
tinggi. Untuk bayi normal dengab kondisi nyaman, energi untuk thermo
regulsation.tidak terlalu diperhitungkan (waterlow dalam tsang & Nichols
1988:6)
4.
Aktifitas
Fisik
Pada bayi usia 6 bulan pertama,
pengeluaran energi untuk katifitas fisik relative lebih sedikit. Tidak
diperoleh data pasti namun dapat diperkirakan. Dari Rose dan Mayer (1968), diperkirakan
pada bayi usia 4 – 6 bulan, 27% dari
masukan energi untuk aktifitas fisik. Dan diperkirakan 40% dari pengeluaran
energi dipergunakan untuk aktifitas fisik. Aktifitas fisik paling banyak di
lakukan pada anak yag berumur 6 bulan ke atas.
5.
Pertumbuhan
Energi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dalam hal ini membentuk
jaringan, di bagi menjadi dua yaitu
a)
Masukan
energi yang diperlukan untuk membentuk susunan (komposisi) jaringan sel – sel
b)
Pengeluaran
untuk keperluan lain misalnya untuk sitensis.
Adanya pertambahan dan pematangan sel pada masa bayi
inilah yang membedakan kebutuhan nutrisi dan energi di banding pada orang dewasa. Puncak
pertumbbuhan post natal bayi normal ialah umur
2 – 4 minggu pertama kemudian berlanjut secara pesat untuk beberapa
bulan. Rata – rata pertambahan berat badan pada empat bulan pertama sebesar 25
gram/hari. Sintesis lemak sangat diperlukan untuk menghasilkan energi karena
pertambahan berat yag pesat pada 4 bulan pertama sangat tergantung dari asupan
lemak.
B. Protein
Seperti halnya energi,
pertumbuhan pada awal kehidupan membutuhkan protein dengan proporsi yang tepat.
Pada periode pesat tumbuh ini kebutuhan akan protein protein lebih
diperhitungkan pada unit pertambahan berat badan. Pada rasia spesifik dari
protein – energi dalam diet, besarnya konsumsi energi dan protein yag sesuai
akan menjamiin pertumbuhan bayi pada masa tumbuh (WHO/Unicef 1981:87)
a)
Fungsi
protein
Ada
4 fungi dari protein yaitu
Ø Mempercepat porses
pembelahan sel – sel otak yang sangat penting untuk perkembangan kecerdasan
anak.
Ø Membentuk antibodi sebagai
system kekebalan tubuh
Ø Menjaga keseimbangan cairan
dalam darah
Ø Mensintesa jaringan yag
digunakan untuk membangun dan memperbaiki sel – sel.
Fungsi utama protein
adalah mensisntesis jaringan untuk membangun (pertumbuhan ) dan memperbaiki
sel- sel yang rusak. Pada keadaan tertentu protein dapat menjadi sumber energi.
Tiap gram protein mengahasilkan 4 kkal. Protein juga sebagai regulaer pH darah.
Peran lain protein juga mengatur keseimbangan cairan dalam darah. Peran penting
lain dari protein juga membentuk antibody yang terbentuk dari “Beta
lymphocites”. Fungsi spesifik lainnya adalah sintesis vitamin dan pembentukan
neutransmiter (Claudia & Lagua 199: 2005)
b)
Kebutuhan
protein
Kenaikan rata – rata pertumbuhan
dan perkembangan bayi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain protein,
baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.
Dari pengalaman yang ada, bila
kebutuhan energi yang terpenuhi oleh air susu atau infant formula yang memenuhi
syarat, dengan sendirinya kebutuhan protein akan tercukupi. Namun bila
penyajian infant formula lebih encer dari anjuran ataupun bila tidak terkandung
protein hewani didalamnya maka akan berakibat definisi protein
Kebutuhan
protein dapat diperhitungkan dengan beberapa cara yaitu:
v Rasio kalori dan protein
(kkal/gram protein)
v Berdasarkan berat badan dan
umur bayi
c)
Kualitas
protein
Didalam saluran cerna,
protein yang terandung dalam makanan akan dipecah oleh enzym – ensym protease menjadi bentuk dasar yaitu asam
amino. Asam amino inilah yang akan diserap ke dalam pembulu darah. dari
berbagai macam, asam amino yang dipelukan tidak semua dapat disintesis tubuh
sehinga harus didapat dari makanan.
Peran utama protein adalah sintesis
jaringan untuk pertumbuhan, perbaikan/ penggantian sel yang rusak.agar peran
tersebut dapat berlangsung optimal jumah dan kualitas masukan protein dapat t
berlangsung optimal jumlah dan kualitas masukan protein sangat menentukan.
Kualitas protein ditentukan oleh jenis
dan jumlah asam amino essensial. Kualitas protein akan menentukan kualitas
hasil sintesis jaringan / sel.
Jumlah dan jenis asam amino
dalam makanan yang mengandung protein berfariasi dan berbeda. Terutama pada
protein nabati, misalnya beras mengandung rendah lysine, oleh karenanya protein
nabati disebut protein kualitas rendah. Namun upaya manusia agar kualitas
protein terpenuhi dilakukan dengan cara mencampur beberapa protein nabati agar
asam amino esensial saling melengkapi yang disebut protein “komplementer”.
Protein nabati disebut protein lengkap karena jumlah dari jenis asam amino
esensial yang terkandung di dalamnya lengkap danm cukup. Unntuk anak pada masa pertumbuhan disarnakan mengkonsumsi
protein hewani misalnya susu, telur, daging, ikan, atau daging unggas, agar
asam amino esensial yang terkandung dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan
baik. Dengan bayi yang terus disusui sampai 1 tahun atau lebih adalah cara
paling mudah dan praktis untuk mendapatkan masukan protein berkualitas.
d)
Hubungan
protein dan energi
Metabolisme protein dan energi
berhubungan sangat erat. Protein tubuh yang terus menerus berganti (protein
turnaver ), seperti pada proses sintesis jaringan (fungsi utama protein untuk
pertumbuhan ataupun perbaikan dengan kecepatan dan ketepatan luar biasa).
Kecepatan proses pergantian dan sintesis protein secara proporsional berbanding
terbalik dengan umur. Makin mudah usia, proses sintesis jaringan untuk
pertumbuhan atau perbaikan makin pesat.
Nitrogen adalah protein yang
diretensi oleh tubuh yang erat kaitannya dengan energi.
C. Kekurangan
energi dan protein pada masa bayi
Evaluasi gizi secara tepat untuk menentukan
status gizi adalah mudah. Sesuai dengan kosa katanya bahwa kekurangan energi
dan protein pada bayi disebakan oleh masukan energi dan protein yang tidak
mencakup kebutuhannya yang disebabkan oleh multi factor yag saling terkait
antara lain:
a.
Masukan
yag tidak adekuat
b.
Meningkatnya
kebutuhan
c.
Menurunnya
retensi energi
d.
Meningkatnya
energi
Berikut ini
adalah penyebab dari kekurangan energi
dan protein yaitu
a)
Marasmus
Marasmus sering sekali terjadi pada
bayi di bawah usia 12 bulan. Tanda
khusus pada marasmus ini ialah kurangnya (bahkan tidak ada) jaringan lemak di
bawah kulit, sehingga tampak seperti bayi yang memakai pakaian yag terlalu
besar untuk ukurannya. Wajahnya tampak manua (old man / mon key face). Atrofi
jaringan, otot lemah terasa kendor / lembek ini dapat dilihat pada paha dan pantat
bayi yang sharusnya kuat, kenyal dan tebal. Oedema tidak terjadi, demikain pula
warna rambut tidak berubah. Tanda – tanda lainnya seperti tanda spesifik pada
definisi mikronutrien yang berhubungan dengan pola diet setempat Bayi dengan
marasmus biasanya akan merasa elaparan dan cengeng.
b)
Kwasiokor
kasus
kwasiorkor biasanya terjadi pada
anak usia 1 – 3 tahun. Pertumbuhan terhambat, jaringa otot lunak dan kendor.
Namun jaringan lemak dibawah kulit masih ada disbanding pada bayi marasmus. Ciri
– ciri dari kwasiorker yaitu rambut
berubah warna menjadi kemerahan atau abu – abu, menipis dan mudah rontok, apabila
rambut kering menjadi lurus. Kulit tampak lebih pucat dan biasanya disertai
anemia ( Cameron & Hvfander
1983:22).
Dispegmentasi terjadi karena
habisnya cadangan energi dan protein. Pada kulit yang terdapat dispegmentasi
akan tampak pucat, dermatitis sering terjadi, kulit kulit mudah luka karena
tiadanya triptophan, dan nicontinamide. Pada kasus kwasioker berat kulit akan mengeras
seperti keripik terutama pada persendian utama. Jelas pada mukosa membrane
sering terjadi, bibir retak-
retak.dan avgular sering ditemui. Lidah pun menjadi lunak dan gampang luka.
Pada kwasioker, pengaruh terhadap system neurology dijumpai adanya termar
seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap jarigan atau cabang syaraf tunggal
maupun syaraf kelompok pada otot. Seperti otot mata sering terjadi terus
berkedip, atau pada pita suara yag menghasilkan suara getar serak / cengeng.
Perubahan mental pun terjadi misalnya
bayi menjadi cengeng, apatis, hilangnya nafsu makan dan sukar diberi makan.
c)
Marasmik
– kwasiokor
Anak bayi yang menderita marasmic –
kwasiokor mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang yang
menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwasiokor atau sebalknya terjadi
tergantung dari makanan / gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak
dan protein akan berkurang.
Apabila
masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi / terjatuh menjadi
marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi gejalah
kwasiokor akan muncul.
d)
Susunan
syaraf pusat dan kekurangan energi protein
Masukan energi dan protein
yang tidak mencukupi kebutuhan bayi / anak, akan berdampak terutama pada
perkembangna susunan syaraf. Hal ini dapat terjadi sejak di dalam kandungan,
lebih – lebih setelah lahir.
Menurut Beard (dalam
ziagler and filler 1996:615) kekurangan energi dan protein biasanya disertai
zat gizi miko yang sangat berpengaruh
terhadapp sel – sel otak dan susunan syaraf pusat.(SSP) atau Central Nervous
System (CNS) serta penurunan jumlah
lemak otak (total brain lipid)
Sastri (1985) melaporkan bahwa menurunya
peroksida lemak menyebabkan menurunnya myelin sampai 27%. Diperkirakan terladi
penurunan DNA sehingga sel yang harus tumbuh dan terus membela pesat akan
lambat prosesnya, pada bayi yang menderia KEP. Dampak dari KEP terhadap SSP/
CNS sangat tersa terutama pada awal pertumbuhan. Terjadinya disfungsi dari
neuromuscular adalah tanda dari marasmus
dan kwasiokor yang akan menyebabkan kerusakan motor neuron dan saraf
sensor.
e)
Konsekuensi
Perstiwa penting dalam pertumbuhan
sel ialah perpindahan sel myelinasi dan pembentukan sel – sel synap yang paling
mudah terkena dampak negatif dengan adanya KEP. Dapak negative tersebut di atas
akan mempengaruhi control pergerakan, kapasitas belajar dan fungsi mental.
Aspek kognitif seperti perhatian dan kecepatan
proses tangkap terhadap dampak KEP meskipun diketahui berapa dalamnya akibat
dariKEP pada bayi / anak yang pada derajat tetentu akan menyebabkan
berkurangnya fungsi SSP/CNS yang tidak dapat diperbaiki lagi. Hal ini terlihat
dari hasil penelitian terhadap 90 orang anak yang pernag menderita KEP, setalah
5 tahun menunjukan deficit IQ. 10 tahun setelah berselang hasilnya bhwa
nilai IQ yang pernah menderita KEP pada
umur mudah lebih rendah secara bermakna. Pemeriksaan EEG telah dilakukan dengan
hasil: setelah 5 tahun terdapat 30% anak dengan EEG abnormal, pada ulangan 5
tahun kemudian naik menjadi 65%. Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan
baha KEP dapat mempengaruhi kecerdasan melalui otak.
D. Dampak
kekurangan zat gizi pada anak
Pada masa bayi proses
pertumbuhan dan perekmbangan terjadi dengan sangat cepat. Menurut husani (1997)
apabila makanan tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, dan keadan ini
berkangsung lama, maka akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal
ini akan berakibat keridakmampuan otak
berfugsi secara normal. Pada keadan yang lebih berat dan kronis,
kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil
diikuti dengan ukura otak yang juga kecil.jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi
ketidak matangan dan ketidak sempurnaan organisasi bikimia otak.
Pertumbuhan otak sangat
terpengaruh apabila kurang gizi terjadi
sejak dalam kandungan, dan berlanjut sampai usia bayi. Pada janin, keadaan
kurang gizi akan menyebabkan jumlah sel otak menurun terutama pada cerebrum dan
cerebellum diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lemak, dan enzim
serta fungsi Neutransmiter yang tidak normal. Keadan kurang energi dan perotein
(KEP) yag terjadi pada usia sangat mudah mempengaruhi perkembangn
fisik dan kecerdasan.
Kurang gizi berasosiasi dengan
keterlambatan perkembangn motorik (Husaini 1997).
Jaringan otak pada anak yang
tumbuh normal sampai 3 tahun akan mencapai 80% berat otak orang dewasa. Apabila
sebelum mencapai 3 tahun terjadi kekurangan zat gizi tertentu, dapat
menimbulkan kelainan kelainan fisik maupun mental kelainan fisik timbul sebagi
akibat pertumbuhan yang terhambat dan kelainan mental timbul sebagai akibat
dari perkembangna otak yang terganggu. Perkembangan sel otak dan sel syaraf
lainnya masih berlangsung dan berhenti ketika anak berusia 5 tahun.
Oleh sebab itu periode umur
tersebut anak memerlukan makanan yang
cukup megandung zat gizi makro maupun mikro. Bila anak kekurangan zat gizi
terutama makan sumber energi dan protein serta zat besi, maka perkembangn fisik
dan kemampuan menyerap rangsangan dari luar juga terhambat. Akibat anak lebih
lambat beraktifitas dan bereaksi disbanding anak usia sebaya yang tidak kekurangan
gizi.
Namun melaui stimulasi mental
(rangsangan – rangsangan). Kemampuan tersebut lambat laun akan menjadi lebih
baik, walau tidak dapat sama dengan anak normal. Pertumbuhan fisik anak yang
kekurangan gizi pada masa ini juga lebih rendah dibandign anak normal. Namun setelah
pengobatan dan pemberian makanan tambahan pertumbuhan fisiknya dapat mendekati
pertumbuhan fisik anak normal. Cacat permanent yang menyertai bila anak pada
periode ini kekurangan gizi adalah penurunan tingkat kecerdasan sebanyak
sekitar 10 – 13 IQ poin.
BAB III
PENUTUP.
A. SIMPULAN
Masukan energi dan protein yang tidak
mencukupi kebutuhan bayi / anak, akan
berdampak terutama pada perkembangn susunan syaraf. Hal ini dapat terjadi sejak
di dalam kandungan, lebih – lebih setelah lahir.
kekurangan energi dan protein biasanya
disertai zat gizi miko yang sangat
berpengaruh terhadapp sel – sel otak dan susunan syaraf pusat.(SSP) atau
Central Nervous System (CNS) serta penurunan
jumlah lemak otak (total brain lipid).
Pertumbuhan otak sangat
terpengaruh apabila kurang gizi terjadi
sejak dalam kandungan, dan berlanjut sampai usia bayi. Pada janin, keadaan
kurang gizi akan menyebabkan jumlah sel otak menurun terutama pada cerebrum dan
cerebellum diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lemak, dan enzim
serta fungsi Neutransmiter yang tidak normal.
B. SARAN
Orang tua harus selalu
memperhatikan asupan makanan yang diberikan kepada anak terutama makanan yang
mengadung zat gizi, agar anak tidak menderita berbagai penyakit sehingga otak
anak bisa berfungsi dengan normal.
kita juga punya nih jurnal mengenai Zat Gizi silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2955/1/Klasifikasi%20Status%20Gizi%20Balita
%20Berdasarkan%20Indeks%20Antropometri%20(BBU)%20Menggunakan%20Jaringan%20Syaraf%20Tiruan.pdf