Selasa, 29 Januari 2013

MANUSIA VS ALAM



MANUSIA VS ALAM
(Menabur Serakah Menuai Bencana)

Awal Kata
            Manusia dan alam sejak dulu dan selanjutnya adalah dua sahabat yang tak dapat dipisahkan, dua rekan sejalan, dua nyawa yang tahu tentang kesedihan, kegembiraan, kerinduan dan usaha mereka. Relasi manusia dan alam adalah relasi keakraban dan timbal balik antara dua subjek tanpa harus ada yang merusakkan, menyakitkan atau menghancurkan satu sama lain. Alam adalah tempat tinggal (Yunani: Oikos) dan tempat pijakkan hidup manusia. Manusia mempunyai tanggungjawab besar untuk memelihara alam dan melestarikannya, karena dapat dikatakan bahwa kematian alam adalah kematian citra kemanusiaan manusia dan kematian manusia sebagai makhluk yang terbatas. Tetapi kini bisa dilihat bahwa bumi dan manusia juga bisa “bermusuhan”. Ini adalah permusuhan klasik, manusia vs alam, muncul ketika ada tujuan keserakahan manusia terhadap alam. Ketika ini terjadi, alam dengan kekerasan dan keganasannya menyebabkan kehancuran luar biasa.

Menabur Serakah Menuai Bencana; Mencipta Potret Alam yang Memprihatinkan Akibat Pengeksploitasian Alam
            Nasib alam kini sungguh tragis, nyaris tak berwajah lagi. Fakta berbicara bahwa beberapa dekade terakhir ini, alam telah kehilangan wajah aslinya yang dengan keindahan dan kekayaannya telah menghidupi manusia. Banyak pohon telah ditebang, hutan-hutan dibakar tanpa belaskasihan, ribuan jenis hewan dan tumbuhan terpaksa harus punah akibat kerusakan hutan.
            Satu hal yang tak dapat disangkal bahwa rasionalitas modern dengan teknologi-teknologi mutakhir yang dipakai untuk membantu manusia dalam kehidupan ternyata telah menghasilkan eksploitasi dan kontaminasi alam secara besar-besaran. Tumpahan minyak di lepas pantai Barbara California, pencemaran air raksa di teluk Maimata Jepang, hujan asam di Eropa Timur, Pencemaran udara di China yang sangat mengganggu kesehatan, luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo adalah kumpulan fenomena krisis lingkungan. Peradapan industrial tentu saja mencemari lingkungan dengan bahan-bahan kimia beracun sintetik dan unsur-unsur radioktif, adanya termonuklir yang semuanya menciptakan skenario terburuk yang dapat dibayangkan yang sedikitnya telah berhasil dipentaskan oleh alam yang mengganas. Alam tidak hanya dikuras tetapi juga dirusak. Alam lingkungan Cuma dilihat sebagai objek garapan yang dikikis habis-habisan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan yang mana menghasilkan kehadiran bencana yang datang silih berganti di setiap daerah.
            Dampak dari manusia vs alam, bukan saja terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta yang di hampir setiap pelosoknya dilanda banjir tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia, baik kota-kota besar maupun di kota-kota kecil.

Menggagas Kembali Kultur Cinta Lingkungan
            Kesadaran yang mendalam tentang keterikatan manusia dengan alam adalah hal terkecil yang dapat dilakukan sebagai langkah awal untuk membangun kembali kultur cinta lingkungan. Dalam kebanyakan kebudayaan asli, alam ditampilkan sebagai yang mempunyai roh atau ilahi  (Kami Jepang kuno merupakan contoh utama) – dan karenanya objek langsung dari hormat atau sembah; dalam beberapa kebudayaan tradisional (di antaranya orang Yahudi, misalnya di Timur Tengah) alam merupakan ciptaan Allah, maka harus digunakan dengan hati-hati dan diteruskan secara utuh, dalam kebudayaan lain (Taoisme Cina), manusia dianggap sebagai bagian dari alam dan hidup manusia yang baik dimengerti sebagai hidup dalam harmoni dengan alam; masih dalam kebudayaan lain, kesatuan semua kehidupan digambarkan bersama dengan sikap ahimsa untuk menghormati semua benda yang hidup (disebut Brahman dalan Advaita Vedanta).
Konsep hidup menurut Tao, alam melengkapi aksioma evolusioner dan ekologis dan bahwa manusia adalah bagian dari alam dan harus menyesuaikan cara-cara hidupnya dengan proses dan siklus alami. Khususnya di dalam konsep Taois mengenai Wu Wei, para ahli etika lingkungan barat telah menemukan analog timur tradisional mengenai apa yang mereka sebut teknologi tepat guna, teknologi yang bercampur dengan dan melengkapi kekuatan-kekuatan alami dipertentangkan dengan teknologi yang melawan dan mencoba menguasai dan mereorganisasi alam.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa tiap-tiap kebudayaan selalu menghargai alam sebagai tempat hidup, menghormati alam dan tidak pernah mengajarkan untuk mengekspoitasi alam yang dapat mengakibatkan bencana yang tak dapat dihindarkan.

Akhir Kata
            Alam kita saat ini sangatlah memprihatinkan untuk ditata sebagai ciptaan yang pada mulanya adalah baik adanya. Alam kita telah tereksploitasi oleh subjek manusia yang menguasai alam. Kini, dampaknya dapat dirasakan oleh manusia itu sendiri, dimana alam mengganas. di saat alam tidak bersahabat, menusia harus terseret, tertindih, tenggelam tak bernyawa, panas yang membakar tubuh dan beberapa dampak lainnya yang merugikan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, marilah berbenah diri dan bersahabatlah dengan alam selagi masih ada waktu, bukan hanya untuk kini, tapi juga untuk masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar