BERGERAK DARI KEDANGKALAN MENUJU
KEDALAMAN
Ziarah merupakan salah satu jalan yang memampukan manusia kristiani pada
khususnya untuk menemukan makna pencarian tujuan hidup. Ziarah dapat pula
merupakan proses pertobatan dari cara hidup lama menuju cara hidup baru. Ziarah
bertolak dari sebuah kesadaran dalam diri yang penuh dengan cinta dan harapan. Cinta
dan harapan merupakan sebuah korelasi yang kuat yakni bahwa cinta dan harapan
yang telah dimulai oleh Allah terhadap umat-Nya sekaligus menjadi cinta dan harapan
pula agar manusia bertobat.
Manusia yang berziarah (baca: kita) adalah manusia
yang meninggalkan kesibukan sehari-hari dan berjalan
menuju tempat ziarah. Perjalanan fisik ini mengingatkan kita bahwa kita semua
(Gereja) sedang berziarah menuju tanah air surgawi. Konteks kata berjalan menandakan proses penemuan diri
yang total dari setiap kesempatan berziarah. Kitab Mazmur 120:1-134:3
dipahami sebagai nyanyian ziarah atau yang disebut sebagai "nyanyian pendakian".
"Nyanyian Pendakian" mengacu kepada mazmur-mazmur yang dinyanyikan
orang Yahudi bersama-sama manakala mereka "naik" ke Yerusalem sebagai
peziarah untuk merayakan hari raya kudus mereka.
Tuhan
Yesus adalah bukti nyata tentang tokoh ziarah yang membawa keselamatan bagi
umat-Nya. Dalam hal ini, Yesus mengadakan ziarah pada umat manusia demi
mewartakan keselamatan. Dengan demikian, ziarah sendiri telah dimulai terlebih
dahulu oleh Allah. Dia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Dia
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. “Yesus berziarah karena Dia
mencintai!”
Peziarahan
Yesus dapat dipahami dalam konteks demikian “dalam waktu atau
dalam sejarah keselamatan,” yang dimaknai dalam dua hal, sebagai: Exitus,
yang berarti bahwa Dia keluar dari keabadian dan masuk ke dalam waktu untuk
menjadi Manusia. Puncak ziarah ini adalah peristiwa Salib. Di satu sisi juga
sebagai Reditus yang berarti Yesus kembali kepada Bapa setelah peristiwa
Salib. Dengan demikian, ziarah mempunyai makna yang sangat dalam bagi manusia.
Dasarnya adalah bahwa Yesus Kristus sebagai Homo viatus. Manusia-Ilahi yang terus berziarah dalam Roh dan menemani manusia. Maka, dalam Roh, manusia
terus berziarah di mana dan kapan-pun.
Gereja yang Berziarah
Gereja
sebagai umat Allah yang berziarah, menggarisbawahi bahwa titik awal peziarahan
Gereja adalah pada pengalaman Paskah. Di dalam Sakramen Baptis, kita memulai peziarahan
kita. Kita berziarah, bergerak dari hal dangkal menuju kekedalaman. Ziarah
adalah sebuah gerakan menuju pertobatan, sebagaimana ditegaskan oleh Tuhan
Yesus ketika bercakap-cakap dengan seorang perempuan Samaria (Yoh 4: 1-42).
Secara khusus ditegaskan bahwa “… penyembah-penyembah benar akan menyembah
Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yoh 4: 23). Penyembahan kepada Allah dalam
roh dan kebenaran itu bukan sekadar tindakan lahiriah, melainkan sebuah
tindakan batiniah. Maka, ziarah bukan dimaksudkan untuk mengalami peristiwa
sentimentil (mujizat, dll.), tetapi untuk memperoleh pengalaman ontentik
bersama dengan Tuhan Yesus. Ziarah juga dimaksudkan agar kita mengalami
perubahan atau pertobatan. Pengalaman sejati itu mesti mendorong Gereja untuk
terlibat dalam dunia nyata dan bekerja sama dengan orang lain. Karena itu, peziarahan
kita tidak akan pernah selesai dan inilah karakter eskatologis Gereja. Roh
Kuduslah yang menggerakan hati kita untuk berziarah. Sebagaimana dahulu Roh
Kudus memerlukan Maria untuk melakukan peziarahan-Nya (Allah Putra menjelma
menjadi Manusia), demikian pula Dia tetap memerlukan Bunda Maria dalam peziarahan
kita kepada Allah.
Alm.
Paus Yohanes Paulus II secara khusus dalam pembukaan perayaan Yubilium Agung
tahun 2000 mengundang umat Katolik untuk melanjutkan tradisi gereja sebagai
salah satu jalur istimewa untuk meneguhkan iman yaitu melalui tradisi ziarah.
Pada setiap agama dan suku, peziarahan merupakan salah satu unsur penting dalam
kehidupan sosial dan dalam hidup keagamaan. Berziarah dapat dianggap sebagai
suatu pembebasan batin, karena berakar pada pengalaman religius. Orang yang
berziarah memiliki makna manusia yang pergi
atau berjalan. Pergi atau berjalan di sini dapat diartikan sebagai:
· Berpisah atau beralih
dari status-quo, yaitu: melepas diri dari lingkup hidup keseharian. Pada umumnya lokasi peziarahan terletak di
luar keramaian dan dekat dengan alam. · Melakukan
gerakan untuk menemukan atau bertemu dengan sesuatu yang baru atau melakukan
perubahan.
Salah
satu manfaat ziarah adalah mempertajam kepekaan terhadap yang rohani dan duniawi,
karena selain pengalaman bertemu secara batin dengan yang transenden,
pengalaman fisik selama ziarah juga menciptakan hubungan akrab dan baru antara
individu-individu yang ambil bagian dalam peziarahan itu satu sama lain maupun
dengan alam sekitar. Ada beberapa macam tradisi ziarah yang dapat diamati dalam
kehidupan umat Katolik. Pertama, mengunjungi tempat-tempat Yesus pernah
hidup di dunia ini yang terletak di Palestina. Kedua, ziarah ke
tempat-tempat yang secara khusus dimaksudkan untuk menghormati Ibu Maria (Gua
Maria Lourdez Sendangsono). Ketiga, ziarah ke tempat-tempat para tokoh
Gereja yang pernah hidup atau dimakamkan, misalnya Basilika St. Petrus di Roma.
Keempat, ziarah kubur publik yang dilakukan pada bulan tertentu, yaitu
setiap bulan November.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar