Minggu, 14 April 2013

ZIARAH: BERGERAK DARI KEDANGKALAN MENUJU KEDALAMAN



BERGERAK DARI KEDANGKALAN MENUJU KEDALAMAN

Ziarah merupakan salah satu jalan yang memampukan manusia kristiani pada khususnya untuk menemukan makna pencarian tujuan hidup. Ziarah dapat pula merupakan proses pertobatan dari cara hidup lama menuju cara hidup baru. Ziarah bertolak dari sebuah kesadaran dalam diri yang penuh dengan cinta dan harapan. Cinta dan harapan merupakan sebuah korelasi yang kuat yakni bahwa cinta dan harapan yang telah dimulai oleh Allah terhadap umat-Nya sekaligus menjadi cinta dan harapan pula agar manusia bertobat.
Manusia yang berziarah (baca: kita) adalah manusia yang meninggalkan kesibukan sehari-hari dan berjalan menuju tempat ziarah. Perjalanan fisik ini mengingatkan kita bahwa kita semua (Gereja) sedang berziarah menuju tanah air surgawi. Konteks kata berjalan menandakan proses penemuan diri yang total dari setiap kesempatan berziarah. Kitab Mazmur 120:1-134:3 dipahami sebagai nyanyian ziarah atau yang disebut sebagai "nyanyian pendakian". "Nyanyian Pendakian" mengacu kepada mazmur-mazmur yang dinyanyikan orang Yahudi bersama-sama manakala mereka "naik" ke Yerusalem sebagai peziarah untuk merayakan hari raya kudus mereka.
Tuhan Yesus adalah bukti nyata tentang tokoh ziarah yang membawa keselamatan bagi umat-Nya. Dalam hal ini, Yesus mengadakan ziarah pada umat manusia demi mewartakan keselamatan. Dengan demikian, ziarah sendiri telah dimulai terlebih dahulu oleh Allah. Dia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. “Yesus berziarah karena Dia mencintai!”
Peziarahan Yesus dapat dipahami  dalam konteks demikian “dalam waktu atau dalam sejarah keselamatan,” yang dimaknai dalam dua hal, sebagai: Exitus, yang berarti bahwa Dia keluar dari keabadian dan masuk ke dalam waktu untuk menjadi Manusia. Puncak ziarah ini adalah peristiwa Salib. Di satu sisi juga sebagai Reditus yang berarti Yesus kembali kepada Bapa setelah peristiwa Salib. Dengan demikian, ziarah mempunyai makna yang sangat dalam bagi manusia. Dasarnya adalah bahwa Yesus Kristus sebagai Homo viatus.  Manusia-Ilahi yang terus berziarah dalam Roh  dan menemani manusia. Maka, dalam Roh, manusia terus berziarah di mana dan kapan-pun.
Gereja yang Berziarah
Gereja sebagai umat Allah yang berziarah, menggarisbawahi bahwa titik awal peziarahan Gereja adalah pada pengalaman Paskah. Di dalam Sakramen Baptis, kita memulai peziarahan kita. Kita berziarah, bergerak dari hal dangkal menuju kekedalaman. Ziarah adalah sebuah gerakan menuju pertobatan, sebagaimana ditegaskan oleh Tuhan Yesus ketika bercakap-cakap dengan seorang perempuan Samaria (Yoh 4: 1-42). Secara khusus ditegaskan bahwa “… penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yoh 4: 23). Penyembahan kepada Allah dalam roh dan kebenaran itu bukan sekadar tindakan lahiriah, melainkan sebuah tindakan batiniah. Maka, ziarah bukan dimaksudkan untuk mengalami peristiwa sentimentil (mujizat, dll.), tetapi untuk memperoleh pengalaman ontentik bersama dengan Tuhan Yesus. Ziarah juga dimaksudkan agar kita mengalami perubahan atau pertobatan. Pengalaman sejati itu mesti mendorong Gereja untuk terlibat dalam dunia nyata dan bekerja sama dengan orang lain. Karena itu, peziarahan kita tidak akan pernah selesai dan inilah karakter eskatologis Gereja. Roh Kuduslah yang menggerakan hati kita untuk berziarah. Sebagaimana dahulu Roh Kudus memerlukan Maria untuk melakukan peziarahan-Nya (Allah Putra menjelma menjadi Manusia), demikian pula Dia tetap memerlukan Bunda Maria dalam peziarahan kita kepada Allah.
Alm. Paus Yohanes Paulus II secara khusus dalam pembukaan perayaan Yubilium Agung tahun 2000 mengundang umat Katolik untuk melanjutkan tradisi gereja sebagai salah satu jalur istimewa untuk meneguhkan iman yaitu melalui tradisi ziarah. Pada setiap agama dan suku, peziarahan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial dan dalam hidup keagamaan. Berziarah dapat dianggap sebagai suatu pembebasan batin, karena berakar pada pengalaman religius. Orang yang berziarah memiliki makna manusia yang pergi atau berjalan. Pergi atau berjalan di sini dapat diartikan sebagai:
· Berpisah atau beralih dari status-quo, yaitu: melepas diri dari lingkup hidup  keseharian.   Pada umumnya lokasi peziarahan terletak di luar keramaian dan dekat dengan alam. · Melakukan gerakan untuk menemukan atau bertemu dengan sesuatu yang baru atau melakukan perubahan.

Salah satu manfaat ziarah adalah mempertajam kepekaan terhadap yang rohani dan duniawi, karena selain pengalaman bertemu secara batin dengan yang transenden, pengalaman fisik selama ziarah juga menciptakan hubungan akrab dan baru antara individu-individu yang ambil bagian dalam peziarahan itu satu sama lain maupun dengan alam sekitar. Ada beberapa macam tradisi ziarah yang dapat diamati dalam kehidupan umat Katolik. Pertama, mengunjungi tempat-tempat Yesus pernah hidup di dunia ini yang terletak di Palestina. Kedua, ziarah ke tempat-tempat yang secara khusus dimaksudkan untuk menghormati Ibu Maria (Gua Maria Lourdez Sendangsono). Ketiga, ziarah ke tempat-tempat para tokoh Gereja yang pernah hidup atau dimakamkan, misalnya Basilika St. Petrus di Roma. Keempat, ziarah kubur publik yang dilakukan pada bulan tertentu, yaitu setiap bulan November.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar